Mansion Domino, Manajemen Terbaik Hadapi Corona Menurut Pakar dari Harvard, Bagaimana caranya ? Mahasiswi Indonesia dan juga peneliti (fellow) di Harvard Kennedy School, Marina Kusumawardhani, menghimpun pendapat para pakar kebijakan publik dari kampusnya.
Marina mewawancarai delapan dosen senior kebijakan publik, secara daring, pada Maret hingga April 2020. Hasilnya disampaikan Marina lewat keterangan pers kepada detikcom, Rabu (3/6/2020).
BACA JUGA :
- Tips Agar Ponsel dan Laptop Tak Cepat Rusak
- Pendaftaran Kartu Prakerja di NTT Terkendala Jaringan Internet
Menurut Marina yang tiga tahun bekerja di Kantor Staf Presiden (KSP) sebelum berangkat ke AS ini menilai kondisi AS dan Indonesia punya kesamaan secara demografi (kependudukan).
Kemudian Marina mencoba menarik pengalaman AS supaya bisa dipetik pelajaran oleh Indonesia. Para dosen menganalisis kondisi penanganan pandemi COVID-19 di AS, negara yang dipimpin Presiden Donald Trump.
“Kebanyakan para dosen senior ini frustasi dengan kebijakan-kebijakan Presiden Trump,” kata Marina.
BACA JUGA :
- Dealer Mobil Toyota Hancur Jadi Sasaran Tembak Aksi Protes Floyd
- Penerapan Protokol Kesehatan Harga Mati
Profesor bernama Jay Rosengard, menyatakan dalam wawancaranya bahwa pembukaan ekonomi kembali sangat masuk akal, terutama karena kebijakan lockdown sangat memberatkan masyarakat ekonomi ke bawah.
Tetapi kebijakan new normal ini hanya bisa dilakukan jika suatu negara sudah memiliki kemampuan testing dan tracing yang sangat luas. Dan menurutnya, bahkan Amerika Serikat pun belum mampu melakukannya.
Ash Center Student Fellow Marina Kusumawardhani wanted to know, how can we balance economic concerns with health risks?
She reached out to Ash’s Jay Rosengard to discuss in her latest ‘calls during quarantine’ interview ↓ pic.twitter.com/qoGs038UvJ
— Harvard Ash Center (@HarvardAsh) May 29, 2020
“Dia juga berpendapat bahwa kepentingan ekonomi (selain kesehatan) juga harus dilindungi, dan dia memuji kebijakan-kebijakan Indonesia yang sudah ada seperti BLT, bantuan pangan, dan kartu Pra-kerja untuk melindungi pengangguran, yang kurang lebih sama dengan kebijakan-kebijakan yang dilakukan Amerika, dan harus terus diperluas,” ujar Marina.
Wawancara lain dengan Profesor Juliette Kayyem, yang pernah bekerja di bawah Presiden Obama di bidang Keamanan Nasional, menyatakan bahwa ini adalah bencana pertama di Amerika yang melibatkan semua 50 negara bagian, dan Amerika pun menghadapi gagap-koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah.
How should the U.S. have developed a seamless local, state, and federal response to this crisis?
Ash Center Student Fellow Marina Kusumawardhani reached out to @BelferCenter‘s @juliettekayyem for answers in her latest ‘calls during quarantine’ interview pic.twitter.com/BnPjtueLHN
— Harvard Ash Center (@HarvardAsh) May 20, 2020
“Namun menurutnya, manajemen krisis yang baik seharusnya mengikuti aturan: dipimpin kota, di-manage provinsi, dan didukung negara. Jadi negara hanya mendukung apa yang dibutuhkan kota dan provinsi, karena yang mengetahui kondisi di lapangan ‘kan kota dan provinsi. Tetapi situasi di Amerika menunjukkan malah Presiden ingin mempolitisasi krisis dan bersaing dengan para gubernur,” ujar Marina.