5 Fakta Tentang Bunda Teresa
Dia mendirikan kongregasi Missionaries of Charity

5 Fakta Tentang Bunda Teresa

Posted on

5 Fakta Tentang Bunda Teresa, Abdikan Diri Bantu Kaum Miskin

5 Fakta Tentang Bunda Teresa, Abdikan Diri Bantu Kaum Miskin
Majalahcamar.5 Fakta Tentang Bunda Teresa, Bunda Teresa dan Paus Yohanes Paulus II melambaikan tangan kepada umat di Nirmal Hriday Home di Kolkata, 3 Februari 1986.

Dia mendirikan kongregasi Missionaries of Charity, dan mengabdikan dirinya untuk membantu kaum miskin dan orang yang sakit HIV/AIDS maupun TBC.

Selain dipuja, Teresa juga menerima kritik karena menolak aborsi, dan dikritik karena kondisi rumahnya yang tak layak untuk merawat orang sakit.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari biarawati yang dikanonisasi menjadi orang suci pada 2016 tersebut.

1. Masa Kecil

Teresa lahir pada 26 Agustus 1910 di Skopje (sekarang ibu kota Makedonia) dengan nama Anjeze Gonxhe Bojaxhiu.

Dia berasal dari keluarga Albania-Kosovo. Sang ayah, Nikola Bojaxhiu, dikenal sebagai pengusaha maupun politisi pendukung kemerdekaan Albania.

Menurut biografi Joan Graff Ciucas, sewaktu kecil dia mendapat kisah soal misionaris dan misi pengabdian di Bengal.

Kisah demi kisah yang diceritakan membuat Anjeze, pada usia 12 tahun, mulai memikirkan untuk berkomitmen pada kehidupan religius.

Keinginannya makin kuat setelah berdoa di 15 Agustus 1928 di Biara Black Madonna of Vitina-Letnice, yang sering dikunjungi saat berziarah.

Di umur 18 tahun, dia meninggalkan rumah dan bergabung bersama Persaudaraan Loreto di Rathfarnham, Irlandia, untuk belajar Inggris demi menjadi misionaris.

Di 1929, dia sampai di India, dan memulai novisiat (pendidikan) di Darjeeling, di mana dia belajar Bengali dan dididik di Sekolah St Teresa.

Anjeze mengucapkan kaul religius pada 24 Mei 1931, dan memilih nama Santa Therese de Lisieux, pelindung bagi para misionaris.

14 Mei 1937, dia mengucapkan kaul keikhlasan sembari dia menjadi guru di sekolah biara Loreto di Entally, Kolkata timur.

Teresa mengabdi di sana hampir 20 tahun, dan dilantik sebagai kepala sekolah pada 1944.

Meski menikmati pekerjaannya, dia cukup terganggu dengan kemiskinan di Kolkata.

2. “Panggilan di Atas Panggilan”

Pada 10 September 1946, Teresa berkata dia mendapatkan “panggilan di atas panggilan” yang kelas mengubah hidupnya.

Berawal ketika Teresa bepergian ke Biara Loreto di Darjeeling untuk retret tahunan via kereta. Saat itu, dia mendengar adanya panggilan dari Yesus Kristus.

Kristus menyuruhnya untuk menanggalkan jabatan sebagai guru, dan fokus berkarya di Kolkata untuk menolong orang miskin dan sakit.

“Itu adalah perintah. Tidak melakukannya sama artinya dengan saya mengingkari iman saya,” kata Teresa saat itu.

Dia memulai tugasnya sebagai misionaris pada 1948, dengan menanggalkan pakaian biara, dan mengenakan kain shari putih dengan pinggiran biru.

Teresa mengajukan permintaan sebagai warga negara India, dan mengambil kursus medis di Rumah Sakit Holy Family.

Dia mendirikan sekolah di Motijhil sebelum dia mulai mengurus warga miskin dan sakit. Di awal 1949, dia dibantu sekelompok perempuan muda.

Di 7 Oktober 1950, dia mendapat izin Vatikan mendirikan kongregasi bernama Missionaries of Charity bersama mantan guru maupun staf di Sekolah St Mary.

Dalam buku diarinya, Teresa menulis pada tahun pertama dia mendapatkan kesulitan karena sama sekali tak menerima pemasukan.

Dia harus memohon mendapatkan makanan maupun suplai obat. Sering, dia mendapat godaan untuk kembali ke kehidupan biara yang nyaman.

Namun, setelah melihat kehidupan warga miskin, dia mengaku bersyukur kepada Tuhan, dan semakin teguh menjalankan pengabdiannya.

Aksinya mulai mendapat perhatian dari pemerintah India, dan mulai menerima pengakuan serta bantuan dari seluruh negeri.

Bantuan itu membuatnya bisa mengembangkan kongregasi. Di 1950-1960, dia mendirikan pusat lepra, panti asuhan, fasilitas perawatan anak, hingga klinik kesehatan.

Di 1963, Missionaries of Charity Brothers didirikan, sementara Missionaries of Charity Sisters 13 tahun kemudian.

Di 1971, Teresa mengunjungi New York, Amerika Serikat (AS), untuk membuka yayasan yang berbasis di sana.

3. Membuka Yayasan Internasional

Fasih dalam lima bahasa; Bengali, Albania, Serbia, Inggris, dan Hindi, dia mulai bepergian ke seluruh dunia untuk misi kemanusiaan.

Di 1982 dalam peristiwa Pengepungan Beirut, Teresa menyelamatkan 37 anak yang terjebak di rumah sakit dengan mengusahakan gencatan senjata antara Israel dan Palestina.

Dia mengunjungi Armenia saat gempa 1988, membantu kelaparan Etiopia, korban radiasi Chernobyl Ukraina, dan kembali ke kampung halamannya di Albania.

Hingga 1996, Bunda Teresa mengoperasikan 517 misi di 100 negara. Dimulai dari 12, Missionaries of Charity telah berkembang hingga ribuan.

4. Kematian

Bunda Teresa mengalami serangan jantung ketika mengunjungi Paus Yohanes Paulus II di Roma, Italia, pada 1983.

Terserang penyakit yang sama enam tahun kemudian, dia mendapatkan alat pacu jantung buatan. Di 1991, dia terserang pneumonia di Meksiko.

Bunda Teresa sempat menawarkan pengunduran diri sebagai Ketua Missionaries of Charity. Namun, para suster menginginkannya bertahan.

April 1996, dia jatuh dan menderita patah tulang selangka. Empat bulan berselang, giliran malaria dan gagal jantung menghampirinya.

13 Maret 1997, Bunda Teresa benar-benar mengundurkan diri sebagai Ketua Missionaries of Charity, dan meninggal pada 5 September 1997.

Jenazahnya disemayamkan di St Thomas, Kolkata, selama sepekan sebelum dimakamkan. Dia mendapat pemakaman negara sebagai bentuk terima kasih atas jasanya terhadap warga miskin.

5. Dinobatkan sebagai Orang Suci

Setelah Bunda Teresa meninggal, Paus memulai proses beatifikasi, dan Brian Kolodiejchuk dilantik sebagai postulator (pendalil) oleh Keuskupan Kolkata.

Dia memulai proses pembuktian tindakan heroik Teresa dengan mengumpulkan 76 dokumen setebal 35.000 halaman berisi kesaksian 113 orang yang diminta menjawab 263 pertanyaan.

Kemudian di proses kanonisasi, Gereja Katolik membutuhkan dokumentasi keajaiban yang terjadi setelah berdoa dengan perantaraan calon orang suci tersebut.

Di 2002, Vatikan mengakui adanya keajaiban setelah perempuan India bernama Monica Besra yang mengaku sembuh dari tumor.

Saat mengantri di sebuah loket yang memajang foto Bunda Teresa, Besra mengaku ada sinar keluar dari foto itu, dan menyembuhkan tumornya.

Selama masa beatifikasi dan kanonisasi, Vatikan mempelajari kritikan baik yang terpublikasi maupun yang tidak.

Di 19 Oktober 2003, Bunda Teresa dibeatifikasi dan dikenal sebagai Beato, atau berarti Yang Berbahagia.

17 Desember 2015, Paus Fransiskus mengonfirmasi keajaiban kedua yang terjadi seorang pria Brasil yang menderita tumor otak di 2005.

Paus Fransiskus memberikan gelar Santa Teresa pada 4 September 2016 di Basilika Santo Petrus, dihadiri 15 delegasi pemerintah dan 1.500 tunawisma seantero Italia.

Artikel ini telah tayang di Majalahcamar.com dengan judul “Bunda Teresa dari Kalkuta akan Diberi Gelar Orang Suci”,

BACA JUGA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *