Cerita Segudang Rasa dari Ruang Karantina Corona di Solo

Cerita Segudang Rasa dari Ruang Karantina Corona di Solo

Posted on

Cerita Segudang Rasa dari Ruang Karantina Corona di Solo

Majalahcamar, Jakarta – Cerita dari ruang Karantina Corona di Solo. Tidur Syaiful Komar malam itu gelisah. Bolak-balik ganti posisi nyaman rasanya percuma. Matanya terus terjaga. Sulit sekali terpejam. Di atas ranjang ukuran sedang, posisinya tidurnya telentang. Sesekali dia termenung sambil menatap langit-langit ruangan.

Sebenarnya tempat tidur Syaiful cukup nyaman di Graha Wisata Niaga, Solo. Suhu ruangan sudah cukup sejuk. Embusan angin pendingin udara membuat tidur seharusnya bisa nyenyak. Tetap saja tidak membuat dirinya bisa nyaman. Malam itu dia benar-benar kesepian. Hanya ditemani deretan deretan kasur berseprai putih yang masih kosong.

Tiba di Solo pada 6 April 2020, seharusnya menjadi momen bahagia bagi Syaiful dan keluarga. Justru tidak seperti biasa. Datang dari Jakarta, ternyata membuat dia harus menjalani masa Karantina Corona di Solo. Semua tahap harus dilalui selama 14 hari. Sesuai aturan pemerintah Kota Solo.

Pria kelahiran 10 Juni 1982, itu diawasi ketat. Wabah pandemi Corona menjadi penyebab. Cek kesehatan dilakukan secara bertahap. Waktu selama itu guna memastikan bahwa dirinya aman dan tidak terinfeksi virus tersebut.

“Kaget dan deg-degan saat tiba dari Jakarta, terus dijemput dan dibawa ke karantina,” ujar Syaiful bercerita, Kamis 23 April 2020 kemarin.

Berbagai macam fasilitas disediakan Pemkot Solo di Graha Wisata Niaga. Mulai dari televisi sampai tenis meja bahkan tersedia. Jangan ragukan utusan kebersihan. Dua lantai yang disediakan selalu dalam keadaan bersih.

Para peserta karantina juga diberi makan tiga kali sehari. Menu disajikan bervariasi. Demi memastikan kesehatan mereka, tim medis memeriksa kesehatan mereka setiap hari.

Syaiful merupakan peserta karantina pertama. Selama dua hari, dia tinggal sendirian. Kemudian satu per satu peserta lain datang. Bukan hanya dari Jakarta, termasuk kota lain dan luar negeri. Mereka senasib dengan Syaiful. Harus patuh menjalani karantina sebelum bertemu keluarga.

Betapa bahagia Syaiful melihat banyak penghuni baru tiba. Rasa kesepiannya sirna. Setidaknya dia memiliki kawan untuk sekedar berbincang di tempat karantina terkait Corona ini. Sendirian selama dua hari cukup membuat jenuh.

“Kegiatan sehari-hari ngobrol, bertukar pikiran dengan peserta karantina lain. Sering salat berjemaah,” ungkap dia.

 

Diantar Pulang Wali Kota

Selama di karantina, peserta tetap bisa menggunakan ponsel. Tidak ada larangan. Bahkan disediakan lemari untuk menyimpan berbagai macam barang. Setiap peserta mendapat fasilitas serupa. Mereka bahkan sampai membuat grup WhatsApp Karantina untuk saling mengingatkan.

Demi membunuh rasa jenuh, mereka setiap hari mengikuti senam. Kemudian ada pula kelas motivasi agar mereka tetap semangat menjalani karantina. Semua dilakukan harus dalam suasana ceria demi meningkatkan imunitas tubuh tiap peserta. Sejumlah fasilitas dan penjagaan ditangani langsing TNI dan Polri. Urusan keamanan jangan diragukan lagi.

Syaiful sudah genap 14 hari menjalani masa isolasi. Tidak ada gejala aneh dari tubuhnya. Semua tampak sehat. Tiap tes dilalui juga menunjukkan hasil negatif dari corona. Kesempatan bertemu keluarga semakin lebar. Tanggal 21 April 2020, akhirnya dia bisa bertemu keluarga.

Pertemuan Syaiful dan keluarga menjadi momen berkesan. Selepas merapikan barang bawaan dan berpamitan, dia langsung ditemui Wali Kota Solo FX Rudy di Graha Wisata Niaga. Bukan hanya bertemu. Syaiful bahkan ditemani Rudy untuk bertemu keluarga.

Semua rombongan naik ke dalam kendaraan mikrobus. Rudy juga ada di dalam menemani Syaiful. Setiba di rumah, keluarga Syaiful dan warga sudah menunggu bersama dengan Lurah Banjarsari, Ketua RT dan Ketua RW. Wali Kota Solo itu pun keluar terlebih dulu. Kemudian disusul Syaiful.

Sengaja Rudy ikut mengantar. Sebagai pejabat daerah, dia tidak ingin warga lain memberi stigma negatif kepada Syaiful setelah menjalani karantina. Tentu ini sekaligus bantu menjelaskan bahwa karantina di Graha Wisata Niaga bukan termasuk Orang Dalam Pemantauan (ODP). “Jadi, warga tidak boleh mengucilkannya,” kata Rudy.

Pemkot Solo harus menjalankan karantina demi memastikan tidak ada pendatang yang terpapar virus corona. Kalau pun ada pemudik terindikasi maka tempat karantinanya berbeda. Untuk ODP bergejala ditempatkan di Ndalem Joyokusuman, Kelurahan Gajahan. Jika kondisinya tidak menunjukkan perkembangan yang baik, kemudian dirujuk ke rumah sakit.

Syaiful bisa berbangga sekarang. Bukan hanya peserta karantina pertama di Solo. Bahkan kepulangannya begitu berkesan. Apalagi segudang pengalaman seru selama karantina. Semakin bertambah lagi pertemanannya.

Kini dia bisa berkumpul lagi dengan keluarga. Tidak ada niatan apapun ketika sudah tiba. Syaiful hanya ingin fokus rumah dulu. Itu nasihat yang sering diminta tim medis. “Tim medisnya ngomong di dalam rumah saja, tidak keluar-keluar,” ucapnya.

 

BACA JUGA : 

Supported By : SitusJudiOnline , SitusJudiTerpercaya , SitusJudiTeraman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *