Perang Paling Terkenal Sepanjang Sejarah

Posted on

Majalah Camar – Di saat perang berakhir, kabut yang menutupinya perlahan-lahan mulai menghilang tetapi juga bagi mereka yang mengingatnya sepanjang sejarah.

Bahkan di dalam perang terkenal sekalipun, ingatan perang ini seringkali diselimuti oleh mitos dan miskonsepsi.Dari beberapa perang sepanjang sejarah,Berikut adalah beberapa perang yang akan selalu dikenang sepanjang sejarah.

1. Propaganda “Bergabung, atau mati” (Revolusi Amerika)

Poster ikonik “Bergabung, atau mati” menggambarkan garis pantai Amerika dalam bentuk potongan ular yang mewakili pecahan koloni di sana. Poster ini memiliki pesan yang jelas, yakni sebuah peringatan “bersatu atau kita tidak akan pernah menyingkirkan Inggris dari wilayah kita.”

Pada kenyataannya, poster politik itu diciptakan untuk menyatukan koloni demi melawan Prancis. Pada tahun 1754, 20 tahun sebelum koloni di Amerika bersatu untuk mengalahkan Inggris, Benjamin Franklin menyerukan persatuan serupa untuk menahan laju ekspansi Prancis di pedalaman Amerika.

Dilansir laman History.org, miskonsepsi tentang asal usul poster ular ini kemungkinan berasal dari Paul Revere, yang mencetak ulang gagasan Ben Franklin pada surat kabarnya pada 1774, satu tahun setelah peristiwa Pesta Teh Boston.

2. Revolusi dari rakyat (Revolusi Prancis)

Revolusi Prancis memang sering tertukar dengan Pemberontakan Juni 1832, khususnya karena penggambaran yang salah dalam Les Miserables. Dalam novel karangan Victor Hugo tersebut, ada anggapan populer bahwa “rakyat” lah yang telah memulai Revolusi Prancis.

Nyatanya, Revolusi Prancis tidak dimulai di jalanan Paris. Revolusi ini bermula ketika aristokrasi Prancis memaksa Louis XVI untuk mengumpulkan États généraux (“Estates-General”) untuk pertama kalinya dalam 200 tahun terakhir. Setelah membantu Amerika dalam Revolusi Amerika, kita tahu kalau situasi ekonomi Prancis saat itu sangatlah buruk.

Sebagaimana dikutip dari buku The Coming of the French Revolution, demi mengejar reformasi keuangan, pada tahun 1787 pemerintahan Louis XVI mengumpulkan kaum bangsawan untuk berkonsultasi tentang pajak baru. Berbagai proposal, salah satunya pajak langsung, langsung disambut dengan penolakan dari para bangsawan.

Jadi, di saat Golongan Ketiga (semua orang yang bukan bangsawan atau pendeta, alias rakyat biasa) melakukan revolusi transformasional — liberte, egalite, fraternite! — para bangsawan lah yang memprakarsai keruntuhan ancien regime, yang saat itu dipimpin oleh Louis XVI, dari belakang.

3. Para budak berjuang untuk Konfederasi Amerika (Perang Sipil Amerika)

 

Para budak yang berjuang untuk Konfederasi seringkali dijadikan alasan untuk melegalkan perbudakan di Selatan. Poin ini berkaitan dengan pertanyaan, jika Perang Sipil Amerika bertujuan untuk menghapus perbudakan, mengapa orang Afrika-Amerika berjuang untuk Konfederasi?

Faktanya, para budak tidak pernah bertarung sebagai tentara demi Konfederasi. Pada saat itu, orang kulit hitam mungkin bertugas di Angkatan Darat Konfederasi, tetapi mereka hanya dijadikan sebagai juru masak, pengangkut, buruh, dan pelayan.

Tiga “resimen hitam” yang dibentuk di Selatan juga sering digunakan sebagai propaganda belaka. Mereka bahkan tidak pernah melihat pertempuran langsung. Salah satu resimen itu, Pengawal Louisiana I, menyerah di kemudian hari dan (sebagian) bergabung dengan Union.

Menurut Truman R. Clark, profesor dari Universitas Pittsburgh, bukti sejarah untuk layanan tempur pasukan Afrika-Amerika yang tersebar luas di CSA hampir tidak ada. Juga, dari 200.000 tawanan Konfederasi yang diambil Union, tidak ada satu pun pria kulit hitam di dalamnya.

4. Frasa “Lions led by donkeys” (Perang Dunia I)

Selama Perang Dunia I berlangsung, seorang perwira Jerman mengatakan bahwa, “Tentara Inggris bertempur seperti singa,” lalu rekannya membalas, “Benar. Tapi tahukah kamu kalau mereka dipimpin oleh keledai.”

Kenyatannya, ada dua penjelasan dari mitos ini. Pertama, percakapan antara dua perwira Jerman tersebut benar-benar terjadi. Kedua, percakapan mereka secara akurat menggambarkan kemampuan dari para tentara Inggris selama perang berlangsung.

Adapun untuk frasa “Lions led by donkeys,” itu adalah klise usang yang digunakan untuk menggambarkan berbagai pasukan Inggris dari era Napoleon. Jadi, seberapa akurat kalimat yang menggambarkan tentara Inggris dan komandonya dalam Perang Dunia I tersebut? Sejauh ini, ungkapan itu hampir tepat.

Namun, komandan Inggris tidak benar-benar seperti yang digambarkan — sebagai orang bodoh yang tidak fleksibel. Bahkan tanpa visi yang sempurna, komandan Inggris terbukti dapat beradaptasi dan memperoleh kemenangan di Perang Dunia I.

Berdasarkan dokumen dari BBC, pada saat itu Inggris menang dengan mengintegrasikan pengeboman udara dan darat yang akurat dengan serangan mekanis yang didukung oleh infanteri ringan. Para jenderal mereka mungkin tidak cemerlang, tetapi jauh lebih pintar dari sekadar “keledai”.

5. Perang parit adalah satu-satunya pertahanan dan strategi utama (Perang Dunia I)

Coba bayangkan tentang Perang Dunia I. Hal pertama yang muncul di benak kalian mungkin adalah citra Front Barat, sebuah lanskap “Stygian” yang dipenuhi oleh parit dan kawah artileri. Sebuah garis yang tak bergerak dan tak bisa ditembus itu mendefinisikan perang ini selama bertahun-tahun.

Nyatanya, perang defensif dan lanskap “no man’s land” hanyalah setengah dari cerita Perang Dunia I. Di Front Timur yang sama berdarahnya, Perang Dunia I adalah pertarungan yang sama sekali berbeda.

Perang antara Kekaisaran Jerman, Austria-Hongaria, dan Rusia misalnya, yang lebih brutal, mobile, dan sangat taktis. Karena skala geografis yang besar, empat kali lebih besar dari Front Barat, perang di wilayah ini tidak pernah “macet” dalam waktu yang lama.

Perang di timur Eropa sangat berbeda dari yang ada di barat, di mana pasukan kavaleri dapat menundukkan sebuah infantri. Dan Front Timur bukan satu-satunya medan di Perang Dunia I yang berbeda dari perang parit di Front Barat.

Sebagaimana ditulis dalam buku World War I: A Student Encyclopedia, di wilayah Afrika dan Timur Tengah, aksi gerilya berskala luas juga terjadi selama Kampanye Afrika Timur dan Pemberontakan Arab, yang di kemudian hari akan terkenal lewat film Lawrence of Arabia.

6. Kavaleri Polandia “menubruk” tank Jerman (Perang Dunia II)

Sering disebutkan bahwa di saat Nazi Jerman menyerang wilayah mereka, kavaleri Polandia (yang tanpa persenjataan modern) langsung “menubruk” divisi tank Panzer Jerman dengan pedang dan tombak.

Tentu saja, upaya bodoh tapi mulia ini gagal total. Nyatanya, sebagian besar miskonsepsi tersebut adalah propaganda Nazi selama Perang Dunia II. Dikatakan sebagian besar karena pada tahun 1939 kavaleri Polandia memang benar-benar menyerang tentara Jerman.

Melansir dari Guardian, selama pertempuran kecil di dekat kota Krojanty, pasukan bertombak Polandia menyerang sekelompok tentara Jerman di tempat terbuka dan berhasil memaksa mereka untuk mundur.

Sayangnya, Jerman langsung melakukan serangan balik dengan dua mobil lapis baja, memukul mundur pasukan Polandia yang melarikan diri untuk berlindung.

Sementara tentara mereka tidak dapat mengimbangi mesin-mesin mutakhir buatan Jerman, orang-orang Polandia masih sanggup untuk menahan mereka selama beberapa saat. Pada saat itu, mereka memasok setiap resimen kavaleri dengan beberapa senjata anti-tank untuk menahan tank-tank Jerman.

Dan tanpa adanya motor, kuda tetap menjadi pilihan terbaik untuk memastikan mobilitas di sepanjang Perang Dunia II, baik di kubu Jerman, Polandia, atau bahkan Sekutu.

itulah beberapa artikel tentang perang sepanjang sejarah yang dikutip dari sumber terpercaya.

Simak juga berita menarik lainnya di malaha jamar

 

GendutQQ Bagi Bagi Rejeki Selama Ramadhan!
Daftar Sekarang

www.genduthoki.org
www.genduthoki.info

Contact us :

WhatsApp : +855 968329732
WeChat : +855 968329732
Line : GendutQQ
Daftar Sekarang : GendutQQ

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *